Design Direction: Makhluk Apakah itu ?
Bila kita telah dapat menerima satu paham desain modern bahwa elemen visual, melalui pengaturan tertentu, dapat menyebabkan sebuah perubahan sudut pandang, kepercayaan dan prilaku dari pembacanya, maka tentu kita akan setuju bahwa sekecil apapun, penanganan visualisasi akan mempunyai pengaruh khusus terhadap pembacanya. Dengan begitu, tidak ada satupun sebetulnya dari proses desain yang luput dari perhatian. Infact, semua aktifitas perancangan seharusnya dipertimbangkan berdasarkan relevansinya dengan kualitas perubahan ini.
Faktanya ialah kompleksitas proses desain (dan seperti proses-proses kreatif lainnnya) sangat memungkinkan terjadinya disorientasi yang fatal. Dalam kasus-kasus desain yang melibatkan lebih dari satu media, segmen pembaca, dan lainnya seperti yang telah disebutkan di paragraph sebelum ini, akan ada terlalu banyak gagasan desain, terlalu banyak desainer, material visual, fonts, stock foto, manajemen, administrasi, dan hal-hal lainnya yang membuat kompleksitas dan potensi disorientasi menjadi lebih besar. Dalam kondisi yang semrawut ini tentu saja melakukan proses desain saja tidaklah cukup. Diperlukan satu pengaturan tertentu agar semua proses dan aktifitas desain kembali focus pada tujuan dan berjalan efektif.
‘Art Direction’, ‘Koordinator Artistik’, begitu biasa orang menamai aktifitas ini. Saya sendiri menganggap istilah Design Diredtion lebih relevan. Design Director(s) mengkonduk (sub) aktifitas, menjadi coordinator, fasilitator bagi talent dan aktifitas yang berhubungan (designer, design analysts, graphic stylish, etc), me-menej, melakukan supervisi terhadap perancangan dan implementasinya. Jika desain sering dilafalkan untuk aktifitas perancangan satu media dan atau satu (set) visualisasi didalamnya, Design Direction adalah proses dan hasil akhir yang berusaha menghubungkan setiap elemen desain yang terlibat kedalam system yang lebih besar. Design Direction memungkinkan seluruh proses dan asset desain tersebut ditinjau ulang, di-relevankan, dan diformulasikan. Sehingga pada akhirnya, setiap infrastruktur yang terlibat dalam proses desain menjadi lebih terorganisir, terukur, dan tentu saja lebih efektif. Bila saat ini anda tenga mengalami persis seperti yang tertulis di paragraph awal tulisan ini. Barangkali inilah saatnya anda meningkatkan kualitas desain anda dengan menambahkan Design Direction kepadanya.
Sekilas Prosesnya
Sebagai bagian dari proses komunikasi. Aktifitas pengembangan Design Direction diawali dengan serangkaian riset dan analisa mengenai materi informasi yang hendak disampaikan berikut tujuan dan target-target proses komunikasi tersebut (profitabilitas, brand image/ awareness, dsb). Pada bagian ini, seringkali pemilahan dan pengkategorian informasi harus dilakukan berbarengan dengan studi mengenai profil (calon) pembaca dan juga serangkaian studi komparasi competitor, dsb. Segera sesudah fase ini, serangkaian preliminary design dilakukan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ‘terjemahan’ dari analisis di fase pertama kedalam bentukan visual yang relevan. Kualitas komunikasi identitas, personalitas visual dan relevansinya terhadap strategi, yang menjadi platform komunikasi, dipikirkan secara rinci dalam konteks masing-masing media, distribusi dan lainnya. Karena formula Design Direction akan akan menjadi platform fundamental dan juga teknikal. Relevansi dengan tujuan harus juga dibarengi dengan fleksibilitas khusus terhadap materi-materi tambahan, proses, metode dan improvisasi desain yang kelak dikembangkan oleh desainer dan tenaga kreatif lainnya. Pada prakteknya, aktifitas ini membutuhkan wawasan, skill desain dan kreatifitas dengan kualitas riset, analis dan juga pengintegrasian yang komprehensif. Membutuhkan SDM, dukungan pendanaan, manajemen dan konsentrasi yang tidak main-main. Berita baiknya barangkali ada tiga
Pertama:
bahwa Design Direction bersifat strategis. Pengembangannya dapat dilakukan secara akumulatif, dalam kurun waktu tertentu, sebelum kemudian diaplikasikan dan di-supervisi, dan - setelah rentang waktu tertentu - dilakukan evaluasi. Dengan begitu investasi yang harus dikeluarkan untuk Design Direction pun bersifat akumulatif. Akan habis dalam jangkan waktu yang lama, dengan tentu saja, kemungkinan profit yang lebih terencana.
Kedua:
Cara-cara kreatif dalam mengefektifkan investasi untuk aktifitas ini selalu terbuka. Entah itu melalui pengektifitasan jadwal, riset dan inventori data secara informal, pemakaian metode observasi dan lainnya sangat mungkin dilakukan.
Ketiga:
Melakukan evaluasi dan merencanakan adalah dua sisi dalam koin yang saling berhubungan dalam pengembangan kualitas apapun. Faktor ini akan jauh lebih mendatangkan manfaat positif daripada mengulang-ulang proses yang tidak terkontrol dan semrawut. Seperti yang diceritakan di awal tulisan ini.
Ok. Barangkali sekian dulu untuk saat ini.
Goodluck. Enjoy Your Designlife.
0 comments:
Post a Comment